Pasaman Barat – Serangan hewan buas di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Pada Kamis, 8 Agustus 2024, seorang petani karet bernama Mas Abidah menjadi korban serangan beruang saat sedang menyadap karet di kebunnya. Peristiwa ini terjadi di Jorong Pagambiran, Nagari Pematang Panjang, Kecamatan Koto Balingka, dan menyebabkan Mas Abidah mengalami luka parah di beberapa bagian tubuhnya, termasuk wajah.
Insiden ini terjadi pada Kamis pagi, saat Mas Abidah tengah bekerja sendirian di kebun karet miliknya. Tiba-tiba, seekor beruang menyerangnya dengan brutal. Menurut keterangan yang diberikan oleh Kepala Jorong Pagambiran, Defrianto, korban digigit dan dicakar oleh beruang tersebut tanpa peringatan. Serangan ini menyebabkan luka sobek yang serius pada tubuh korban, khususnya di bagian wajah, yang membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang intensif.
Lokasi kejadian berada di Jorong Pagambiran, Nagari Pematang Panjang, Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat. Daerah ini dikenal sebagai kawasan pedesaan yang masih dekat dengan habitat alami berbagai satwa liar, termasuk beruang. Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Antonius Vevri, mengkonfirmasi bahwa insiden ini tidak terjadi di dalam kawasan yang dikelola oleh BKSDA, namun di area sekitar yang masih menjadi habitat alami bagi satwa liar.
Menanggapi serangan tersebut, tim BKSDA Sumbar langsung diterjunkan ke lokasi kejadian untuk melakukan investigasi lebih lanjut. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan informasi lengkap terkait kejadian tersebut, termasuk memastikan jenis dan jumlah beruang yang terlibat dalam serangan. Menurut Antonius, awalnya hanya dilaporkan ada satu ekor beruang yang menyerang, namun laporan terbaru mengindikasikan adanya dua ekor beruang, salah satunya diduga merupakan anak beruang. Hal ini menambah kompleksitas situasi, karena serangan oleh induk beruang yang sedang melindungi anaknya bisa menjadi lebih agresif.
Selain BKSDA, perangkat nagari setempat juga terlibat dalam upaya menelusuri dan mengamankan area sekitar untuk memastikan bahwa beruang tersebut tidak lagi menimbulkan ancaman bagi penduduk. Kepala Resor Konservasi Wilayah I Panti BKSDA Sumbar, Ade Putra, menyatakan bahwa tim BKSDA bekerja sama dengan pemerintah setempat serta masyarakat untuk mencari dan menangkap hewan buas tersebut guna mencegah serangan lebih lanjut.
Serangan beruang terhadap manusia, khususnya di wilayah pedesaan yang dekat dengan habitat satwa liar, menimbulkan kekhawatiran serius. Interaksi antara manusia dan satwa liar seperti ini dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk perambahan manusia ke dalam habitat alami hewan, atau kelangkaan makanan di hutan yang memaksa hewan keluar mencari makan di pemukiman manusia. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan pentingnya menjaga jarak aman antara aktivitas manusia dan habitat satwa liar.
Antonius Vevri menegaskan pentingnya observasi mendalam terhadap situasi di lapangan untuk memahami apa yang memicu serangan ini dan bagaimana cara mencegah insiden serupa di masa depan. BKSDA Sumbar akan memastikan bahwa serangan ini benar-benar dilakukan oleh beruang dan juga akan melakukan langkah-langkah pencegahan agar hewan tersebut tidak kembali menyerang penduduk setempat.
Setelah serangan tersebut, Mas Abidah segera dilarikan ke Rumah Sakit M Djamil Padang, rumah sakit rujukan terbesar di Sumatera Barat, untuk mendapatkan perawatan intensif. Ia menjalani operasi besar yang berlangsung selama 17 jam untuk mengatasi luka-lukanya. Hingga Sabtu pagi, 10 Agustus 2024, korban masih dalam kondisi pemulihan pascaoperasi, dan belum ada informasi rinci mengenai kondisi terkini Mas Abidah.
Antonius Vevri yang berencana untuk menjenguk korban di rumah sakit, menyatakan bahwa operasi yang dilakukan mulai sore hingga subuh menunjukkan betapa seriusnya luka yang dialami oleh korban. Meski demikian, harapan masih tinggi untuk kesembuhan penuh korban, walaupun proses pemulihan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama.
Setelah serangan ini, BKSDA bersama pihak kepolisian dan perangkat nagari setempat akan terus melakukan pengawasan di lokasi kejadian dan sekitarnya untuk memastikan tidak ada lagi ancaman serupa di masa mendatang. Mereka juga berencana untuk memasang perangkap atau melakukan langkah-langkah lain yang diperlukan untuk menangkap beruang yang terlibat dalam serangan ini. Selain itu, upaya edukasi kepada masyarakat mengenai cara-cara menghindari konflik dengan satwa liar juga akan ditingkatkan untuk mencegah kejadian serupa.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar habitat satwa liar untuk selalu waspada dan menjaga jarak aman dari hewan-hewan tersebut, serta melaporkan setiap tanda keberadaan satwa liar yang berpotensi membahayakan ke pihak berwenang. Dengan kerjasama antara BKSDA, pemerintah setempat, dan masyarakat, diharapkan insiden serupa dapat dicegah di masa depan.
Penulis : Anne & Reni (Mahasiswa UPGRISBA)
Editor: Glh
Leave a Reply