PADANG – KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang kembali menggelar debat publik kedua dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk memilih Wali Kota Padang. Debat tersebut berlangsung di Hotel Truntum, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat, pada Jumat (15/11).
Dengan tema debat “Transformasi Sosial Menuju Kota Padang yang Maju dan Bermartabat.” Untuk menggali visi, misi, serta program kerja dari setiap pasangan calon (paslon) dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kota Padang.
“Tema tersebut dirancang untuk mengeksplorasi rencana transformasi sosial yang bertujuan mewujudkan Kota Padang yang lebih maju, bermartabat, dan berkelanjutan. Setiap sesi debat diharapkan para paslon dapat mengeksplorasi isu ini melalui visi, misi, dan rencana kerjanya”, ungkap Ketua KPU Kota Padang, Dorri Putra.
Dalam debat ini, para kandidat akan menyampaikan pandangan mereka terkait empat subtema penting, yakni transformasi sumber daya manusia (SDM), ketahanan sosial, budaya, dan ekologi, penanganan ketidaksetaraan dan kemiskinan, serta tata ruang yang humanis dan mitigasi bencana.
Dorri mengungkapkan bahwa KPU telah menunjuk tujuh panelis yang terdiri dari akademisi, budayawan, dan tokoh masyarakat untuk menggali lebih dalam visi dan program kerja setiap pasangan calon. Debat ini dirancang dalam enam segmen, meliputi pembukaan, penyampaian visi-misi, pendalaman program, hingga sesi tanya jawab dan sanggahan antar paslon.
“Kami berharap debat ini dapat dimanfaatkan para kandidat untuk memaparkan rencana mereka secara jelas dan menyeluruh kepada masyarakat,” ujar Dorri.
Pada Pilkada Wali Kota Padang tahun ini, terdapat tiga pasangan calon yang turut bersaing. Mereka adalah paslon nomor urut 1, Fadly Amran-Maigus Nasir, paslon nomor urut 2, M. Iqbal-Amasrul, dan paslon nomor urut 3, Hendri Septa-Hidayat.
Debat Berlangsung Panas dan Saling ‘Serang’
Jika debat sebelumnya terkesan ‘tenang’, kali ini ketiga pasangan calon langsung ‘menyerang’ sejak debat dimulai.
Di sesi awal dalam penyampaian visi misi, pasangan calon nomor urut 1, Fadly Amran – Maigus Nasir mengatakan 38 persen warga Kota Padang merasa kurangnya lapangan kerja di Kota Padang.
“Banyak anak muda kita yang mengeluhkan sulitnya lapangan pekerjaan, terutama pekerja baru, sehingga menyebabkan banyak permasalahan sosial akibat pengangguran. Bahkan Kota Padang sempat menempati urutan pertama angka pengangguran terbuka di Pulau Sumatera, kondisi ini menyebabkan anak-anak kita dekat dengan kenakalan remaja,” ungkap Fadly.
Hal ini Ia klaim setelah mengunjungi lebih dari 700 titik sosialisasi dan dibackup dengan data survei.
“Lalu juga tentang bantuan sosial yang betul-betul adil, ini menjadi isu yang banyak kami dapatkan. Penyaluran bantuan sosial dari kementerian diintervensi dengan kepentingan politik, survei yang akan merugikan masyarakat,” ungkapnya.
Di sisi lain, paslon nomor urut 2, Muhammad Iqbal – Amasrul mengungkapkan bahwa kota Padang dihadapi dengan berbagai masalah, sehingga tidak mungkin membangun kota dengan mengandalkan pengalaman hanya 2 Kecamatan (Padang Panjang).
“Kota Padang ini penduduknya hampir satu juta, perlu kepemimpinan yang berkolaborasi, Pak Amasrul mantan lurah, Camat, Sekda, yang sudah mengurus 11 kecamatan, 114 kelurahan,” ujarnya.
Sementara itu, paslon nomor urut 3, Hendri Septa dan Hidayat mengatakan bahwa lawan mereka baru hanya akan melakukan yang terbaik sedangkan dirinya telah berbuat hal tersebut.
“Itu semua sudah kami lakukan dan selesaikan dengan baik. Kami komitmen untuk melanjutkan pembagunan yang lebih baik, mewujudkan Kota Padang yang metropolitan, maju berazaskan keimanan dan ketaqwaan,” ujarnya.
Hendri dan Hidayat mengatakan perlunya pembangunan yang berkelanjutan dan sinergis oleh semua stakeholder. Mulai dari unsur pemerintah, masyarakat, niniak mamak, alim ulama, dan utamanya pemuda.
Sementara pada segmen kedua, sesi pertanyaan dari panelis, paslon Muhammad Iqbal menilai pertumbuhan Kota Padang tersendat dan belum mengalami peningkatan sejak covid.
“Kota Padang perlu pusat pertumbuhan ekonomi yang baru, perlu pembenahan, salah satunya sektor pariwisata. Tapi soal keamanan masih jadi masalah seperti pungli, keamanan dan tawuran,” ujarnya.
Paslon nomor urut 3, Hendri Septa mengatakan bahwa informasi terkait kemiskinan yang disampaikan paslon nomor urut dua tidak benar.
“Dari 2,5 tahun kami diamanahkan jadi kepala daerah, angka kemiskinan turun, bahkan dari tahun ketahun. Itu terbukti ada datanya, jadi informasi harus bener yang disampaikan kepada masyarakat,” tegasnya.
Selain pasangan calon, para pendukung yang hadir juga menunjukkan antusiasme dukungannya. Mulai dari saling adu yel-yel hingga ejekan selama debat berlangsung. Kondisi ini menyebabkan beberapa kali moderator terpaksa menegur para pendukung yang hadir karena dapat mengganggu jalannya debat. (*)
Leave a Reply